Cari Blog Ini

Sabtu, 05 Februari 2011

FILM 3D SEBAGAI JENDELA INFORMASI PENGLIHATAN BINOKULER

Anda penggemar film? Mungkin anda mengenal atau pernah mendengar atau mungkin menikmati film dengan jenis 3 dimensi?Apalagi industri film terbesar di dunia yang bermarkas dan dikenal sebagai HOLLYWOOD tiada pernah berhenti untuk menelurkan film-film dengan teknologi tinggi berbasis 3 dimensi. Apakah semua orang bisa menikmati film 3 dimensi?

" Kemungkinan terdapat sebgaian kecil orang yang berujar," Apa yang kalian katakan ? saya sama sekali tidak melihat sesuatu selain yang saya lihat dilayar layaknya yang kalian bicarakan." Atau mungkin mereka akan berkata, "Sebenarnya film tersebut tidak membuat saya tidak nyaman".Dr Dominik Maino, Profesor di Illinois College Of Optometry dan Illinois Eye Institute menyatakan adanya kemungkinan tersebut saat seseorang menonton film 3D.

3 juta dari 9 juta orang di amerika memiliki permasalahan penglihatan saat menikmati film 3 D seperti Avatar, Toy Story 3. Perkiraan ini dilansir oleh American Optometric Associaton sebagai lembaga organisasi profesi otometri di amerika.Sejitar 56% manusia yang berusia antara 18-38 tahun mengalami permasalahan yang berkaitan dengan kemampuan yang berkaitan dengan penerjemahan 3D dalam persepsi di otak.

Permasalahan ini berkaitan erat dengan penglihatan binokuler ( baca 2 mata ), yang merupakan memadukan persepsi yang dibuat oleh tiap-tiap mata dalam membentuk 1 persepsi bayangan. "Setiap manusia mempunyai kemampuan menterjemahkan fitur 3D karena kita memiliki 2 mata yang letaknya berdekatan, ketika otak mengambil kedua bayangan secara bersamaan,maka pada saat tersebutlah kita mendapatkan efek 3 ", tegas Maino. "3D hanyalah merupakan kemampuan kita menentukan jarak. Hal yang menyenangkan dimana kita mencoba berusaha mendapatkan efek tersebut,sehingga kita dapat mengatakan bagaimana animasi yang tertuang dalam sebuah film seakan-akan kita adalah bagian dari film itu sendiri. Dengan kata lain efek-efek yang ditimbulkan menjadi tampak nyata meski hanya ilusi.

Film yang dibuat secara 3 dimensi adalah dengan menciptakan efek pembentukan bayangan yang berada menurut penjelasan Maino. Saat ini banyak ditemuka kacamata 3D yang salah satunya berwarna merah dan hijau atau biru. Alat bantu tersebut akan memunculkan bayangan berwarna sesuai warna lensanya dengan jarak yang berhimpitan.Setelah efek sampai di mata dan dialirkan ke otak melalui nervus optikus (jaringan saraf optik ), maka otak akan mengkreasikan bayangan dalam dua persepsi berbeda yang dijadikan 1. Teknologi terkini 3D dibuat dengan menggunakan lensa polaroid( baca artikel LENSA POLAROID di dunia mata dan optikal/http://www.facebook.com/topic.php?uid=133951571920&topic=9855).Adapun mekanisme kerjanya adalah " 1 bayangan akan ditempatkan disalah satu mata dan dengan sangat cepat kan ditempatkan dalam persepsi bayangan mata yang lainnya,"ujar Maino." Saat otak membacanya secara bersamaan, maka efek #D akan sekonyong-konyong tercipta."

"Walau bagaimanapun, setiap orang yang memiliki permasalahan penglihatan secara binokuler akan mengalami kesulitan dalam menterjemahkan efek 3D, atau dengan kata lain mereka akan menonton film 3D layaknya seperti film biasa saja," ucap Dr Leonard Press, Jubir American Optometric Association dan direktur optometris di Vision and Learning Center Fair Lawn, New Jersey.

Sakit kepala, penglihatan kabur dan berkabut menjadi efek samping yang sering ditemui bagi mereka yang mengalami kesulitan penglihatan 2 mata saat menonton film 3D.Biasanya gejala seperti ini akan hilang dengan sendirinya setelah beberapa lama tidak menonton film 3 D atau dalam keadaan rileks.Adapun beberapa keadaan yang tergolong dalam disfungsi penglihatan binokuler, antara lain :

1.Amblyopia atau mata malas
Yang mana salah satu mata tidak dapat melihat sebaik mata yang lainnya. Maino menegaskan,bahwasanya perbedaan kedua mata tersebut mengakibatkan menurunnya atau bahkan hilangnya kemampuan melihat 3D
2.Strabismus atau mata juling
Dimana kedua mata tidak berada dalam posisi yang sama dalam upaya memfokuskan penglihatan terhadap sebuah obyek. Sayangnya merek benar-benar kehilangan kemampuan persepsi visualisasi 3Dnya.
3. Ketidakmampuan konvergensi
merupakan keadaan ketidakmampuan mata untuk melihat obyek pada jarak tertentu.Contohnya dalan jarak baca antara mata kanan dan kiri memiliki kemampuan yang berbeda. Namun ini bisa dilakukan penanganan oleh dokter spesialis mata. Fakta yang ditemui oleh Maino menyimpulkan saat anda tidak bisa menikmati film 3 D, maka sebenarnya anda mengalami masalah penglihatan namun sayangnya tidak terdeteksi sedini mungkin.

Bagi para praktisi, inilah saatnya anda mengoptimalkan Worth Four Dot Tes ( lihat artikel selanjutnya ) dan pembuatan resep lensa madglass/putih susu sebagai salah satu terapi untuk meningkatkan kinerja kedua mata sehingga menghasilkan penglihatan binokuler.Kacamata terapi ini bukan untuk dihindari atau sebagai penhias untuk lulus ujian saat kuliah. Semakin di eksplor semua ilmu, maka kita akan tersadar betapa kemampuan tidak atau bahkan jauh dari sempurna. Walhasil akan memicu kita untuk terus belajar dan memperbaiki pelayanan. Bagi anda yang non praktisi, saatnya anda lebih kritis dengan melihat apakah anda salah satu dari orang yang tidak bisa menonton film 3D dengan nyaman? Bila benar, jangan sungkan untuk meminta praktisi anda memeriksanya. Percayalah! Kita perlu dan harus terus memperbaiki simbiosis mutualisme antara praktisi dan non praktisi. Bila semua sudah tercipta, maka kami yakin semua orang sakit/non praktisi akan berkata "NGAPAIN BEROBAT KE LUAR NEGERI"

Referensi :
a. Dominick Maino, O.D., professor, Illinois College of Optometry and Illinois Eye Institute, Chicago;
b. Leonard Press, O.D., optometric director, Vision and Learning Center, Fair Lawn, N.J.
c. Medline Plus

Tidak ada komentar: