Cari Blog Ini

Rabu, 17 Maret 2010

KIAT PRAKTIS APLIKASI RETINOSKOP II

Beberapa waktu yang lalu saya telah membahas tentang aplikasi penggunaan retinoskop berkaitan dengan pengetahuan alat tersebut. Pada kesempatan ini saya akan berbagi tehnik dengan anda dengan mencoba mengkompilasikan antara teori dan praktek secar bersamaan. Sehingga akan ada kesinambungan yang efektif meski perlu di sadari pula bahwasanya teori kadang tak seirama dengan praktek. Di samping itu perangkat ini juga tidak menafikan terjadinya sebuah kesalahan. Konsekuensi logis yang perlu diterima akal sehat dimana tidak ada satu tehnik pun yang sempurna. Perpaduan antara data komputer ( baca autoref ),retinoskop, trial error ( pemeriksaan subyektif ) akan menghasilkan buah yang manis. semuanya akan menjadi sempurna dengan komunikasi yang baik dan detail agar hubungan antara pasien dan praktisi tidak melulu seperti pedagang asongan, ketika telah membeli ( selesai berinteraksi ) maka hubungan menjadi selesai.

A. Reflek Retinoskop
Adalah gerakan yang timbul di mata pasien saat anda menggerakkan retinoskop
1. With motion ( searah gerakannya )
2. Againts motian ( berlawanan arah gerakannya )
3. Neutral ( netral gerakannya atau tidak ada pergerakan )
4. Undetermined ( tidak dapat ditentukan gerakannya )
Untuk poin ke-4, gerakan reflek sulit diketahui dan bukan merupakan salah satu gerakan yang termasuk dalam poin 1,2,3.

B. Persiapan
Beberapa hal di bawah ini adalah item yang perlu dilakukan sebelum melaksanakan pemeriksaan obyektif via retinoskop, sebagai berikut :
1. Anda bisa menggunakan phoroptor atau trial frame sebagai media penempatan lensa koreksi.
2. Ambillah posisi sedikit agak menyamping dari hadapan pasien disesuaikan dengan mata yang akan diperiksa. Hal ini berguna agar punctum remotum ( titik penglihatan jauh) menjadi tak terhingga atau dengan kata lain tidak terjadi konvergensi.
3. Mintalah pasien untuk melihat sebuah obyek dibelakang anda supaya pasien tetap berfiksasi.
4. Sampaikan pada pasien tentang pendaran sinar akan terasa agak perih atau menyilaukan saat sinar dari perangkat retinoskop sejajar dengan pupil pasien. Informasi ini berguna bagi anda untuk mencegah keluhan yang terjadi saat pemeriksaan berlangsung.

C. Prosedur Pemeriksaan
1. Posisikan bentuk reflek sinar dalam keadaan sleeve up ( searah vertikal ). Jangan lupa sebelum anda melihat lewat lubang penglihatan retinoskop, biasakan untuk menaruh reflex sinar di tepi mata atau lateral. Ini mempermudah anda untuk tidak mencari-cari lagi keberadaan reflek sinar saat anda telah melihat di lubang instrumen retinoskop.
2. Kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi
a. With motion
Sisipkanlah lensa plus dimulai dari S + 1.00 D, tambahkan secara terus-menerus sampai gerakan berubah menjadi "against motion" atau "neutral".
b. Against motion
Dalam situasi ini penanganan sama seperti poin "a" akan tetapi lensa untuk menetralkannya adalah dengan memasukkan lensa minus hingga didapat refleks netral.
c. Netral
Bilamana ini terjadi lakukanlah penambahan lensa plus agar mengarah ke "with motion" dan bila kondisi itu terjadi, anda sisipkan lensa minus untuk membuat reflek ke arah neutral. Tindakan ini hanya untuk melakukan cross-check terhadap temuan anda.
d. Gerakan yang tidak dapat ditentukan
Dalam kasus ini, proyeksikan lensa minus secara bertahap sampai gerakan yang terjadi adalah "with motion". Namun apabila fenomena ini tetap berlangsung meski anda menambahkan lensa minus secara terus-menerus, maka anda dapat mengambil kesimpulan telah terjadi distorsi(=penyimpangan) dari refleks atau bahkan kelainan refraksi yang tinggi.Bilamana kejadian ini tetap berlangsung meski lensa koreksinya sudah cukup tinggi, alangkah lebih baik bila anda menggantinya dengan lensa plus hingga kondisi "with motion" tercapai. Ketika anda tetap tidak mendapatkan posisi tersebut, kemungkinan besar telah terjadi distorsi reflek. Ini dapat terjadi andai saja terdapat katarak, edema kornea, atau kelaianan organik lainnya. Anda dapat mengkonfirmasinya dengan melihat hasil kelengkungan kornea via keratometer atau autorefkeratometer.
e. Dikarenakan pada umumnya bentuk bola mata tidak bulat secara penuh, disarankan bagi anda melaksanakan prosedur sebagaimana di sebut di atas dengan sleeve mengarah ke tegak lurus dari meridian sebelumnya. Masukkanlah lensa cylinder baik plus atau minus sampai reflek netral didapatkan.
f. Lakukan perhitungan terhadap jarak kerja seraya hasil telah anda dapatkan
g. Minta pasien untuk melihat obyek snellen atau optotype untuk menilai tajam penglihatan secara monokuler (=1 mata ) dan binokuler (=2 mata ) dan lakukanlah penghalusan nilai koreksi bila diperlukan.
h. Tulislah resep setelah anda mendapatkan nilai koreksi yang diharapkan

3. Besaran Lebar dan Kecepatan Reflek
Kedua besaran di atas sangat berguna dalam mengidentifikasi seberapa besar nilai koreksi yang mungkin anda dapatkan untuk mencapai reflek "netral". Namun kadang kala ini tidak 100% dapat dijadikan sebagai tolak ukur perkiraan nilai koreksi. Jadi, anda tetap harus melakukan prosedur di atas dengan seksama.

D. Tips
1. Bila ingin mempercepat proses adalah dengan menyisipkan ukuran dalam interval atau step lebih dari 1 Dioptri. Sebagai contoh bila dengan S + 1.00 D gerakannya masih "with motion" maka masukkanlah lensa S + 3.00 D. Semakin singkat waktu pemeriksaan maka pasien akan terhindar dari rasa mengeluh yang berlebihan.
2. Hindari stigma di saat kuliah perihal gerakan yang tidak beraturan atau acak untuk mempermudah anda menentukan refleks sinar.Mohon maaf saya sampaikan ini, karena pendapat ini sempat mengecoh saya dan ketika saya telusuri lewat literatur ternyata hanya masalah penentuan kosa kata saja.
3. Bila anda kesulitan dalam mengenali "refleks netral", lakukanlah pemeriksaan retinoskop saat anda selesai melakukan pemeriksaan subyektif dimana anda telah mendapatkan ukuran koreksi yang belum dimodifikasi.

Rekan profesi tanamkan dalam diri masing-masing, alat ini bukan untuk mendapatkan hasil yang sempurna. Jadikanlah alat ini sebagai sebuah langkah dalam kelengkapan anda dalam menulis resep yang akan diberikan ke pasien. Perkaya diri anda dengan kemampuan ini dan anggaplah ini sebagai bekal anda seraya mengimplementasikan tuntutan profesi yang telah dituangkan dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku sebagai pra syarat standar profesi.

Tidak ada komentar: